Rabu, 12 Maret 2008

metode penelitian

Metode Penelitian
Revitalisasi Bangunan Bersejarah di Banda Aceh






KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan Kesempatan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan telah dapat Penulis sajikan dalam bentuk tulisan yang berjudul “Revitalisasi Bangunan Bersejarah Di Banda Aceh”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulis laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu tidak terlepas dari batasnya Ilmu Pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Dalam penulisan laporan penelitian ini penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Bustari, MT, yang telah bersedia memberikan bimbingan dan masukan kepada Penulis. Sehingga Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Penduduk masyarakat Indrapuri yang telah memberikan Penjelasan tentang objek yang diteliti.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan harapan semoga laporan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya serta balasan yang setimpal atas budi baik dan jasa-jasa mereka yang telah banyak membantu penulis.



Banda Aceh, 20 Februari 2004



Penulis

Uli Roslaini



































BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki bangunan peninggalan sejarah dan purbakala yang cukup banyak seperti rumah adat, mesjid kuno, makam-makam kuno, benteng dan lain-lain. Salah satu peninggalan sejarah purbakala yang masih dapat kita jumpai di daerah kita ini adalah di desa Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 24 km kesebelah utara dari kota Banda Aceh.

Yang dimaksud dengan bangunan bersejarah adalah bangunan atau benda yang telah berusia lebih dari 50 tahun dan mengandung nilai sejarah atau benda dan bangunan yang mewakili gaya yang khas serta dianggap memiliki nilai sejarah.

Bentuk dan jenis bangunan purbakala adalah sebuah bekas bangunan peribadatan (candi) yang diatasnya didirikan sebuah mesjid pada periode berikutnya (Mesjid Indrapuri). Saat ini bangunan tersebut lazim disebut Mesjid/benteng Indrapuri, disebut demikian karena letaknya didesa Indrapuri.

Berbicara mengenai Benteng Indrapuri kita tidak bisa terlepas dari sejarah masuknya pengaruh budaya Hindu didaerah ini sebagai pendirinya. Jauh sebelum kerajaan Aceh muncul telah ada berita tentang tempat-tempat dan kerajaan didaerah ini. Berita tertua berasal dari Dinasti Han. Dalam Tambo Dinasti Han disebutkan negeri yang bernama Wang Tehe yang penduduknya sama dengan penduduk Hai-nan hidup dari perdagangan dan perampokan. Dalam buku Claudius Ptolomeus seorang ahli ilmu bumibangsa Yunani yang ditulis pada tahun 165 M, menyebutkan satu persatu nama negeri yang terletak pada jalan dengan India-Cina.

Dalam periode selanjutnya setelah kedatangan agama Islam di daerah Aceh, tepatnya pada Pemerintahan Sultan Iskandar Muda, diatas pondasi bekas bangunan candi tersebut dibangun sebuah Mesjid. Ini bertujuan untuk dapat lebih memudahkan masyarakat memeluk agama Islam. Mejid Indrapuri ini merupakan pusat kegiatan umat pada masa itu termasuk kegaitan ibadah, pendidikan dan kebudayaan, ekonomi dan politik, sosial dan lain-lain.

Dari sini telah banyak menghasilkan Ulama- Ulama dan tenaga-tenaga ahli pembangunan yang disumbangkan untuk kerajaan Aceh Darussalam dan wilayah-wilayahnya yang luas.Mesjid indra puri sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam hanya beberapa bulan akibat agresi Belanda yang kedua yang menyebabkan daerah itu direbut oleh Belanda.Sehingga ibukota kerajaan Aceh darussalam dari Indra Puri dipindahkan ke Keumala.,dan membuat bagian selatan dari Keumala yang menjadi

tempat kedudukan Sultan kemudian terkenal dengan nama “Keumala Dalam”yang artinya Keumala tampat terletaknya Kerathon Sultan.

Peristiwa terakhir yang terjadi dalam Mesjid Indra Puri dizaman jayanya,adalah peristiwa pelantikan Tuanku Muhammad Daud Syah menjadi Sultan Alaidddin Muhammad Daud Syah pada akhir tahun 1874.



1.2 Permasalahan.
Adakah pengaruh yang ditimbulkan akibat perkembangan\pemugaran Benteng Indra Puri?
Apa efek yang ditimbulkan akibat pertumbuhan kawasan Benteng Indra Puri pada masa kini dan pada masa mendatang?
Bagaimanakah cara menyiasati perkembangan kawasan Benteng Indra Puri agar sesuai dengan fungsinya?



1.3 Batasan /Objek Penelitian.

Penelitian dilakukan untuk kawasan Benteng Indra Puri dalam batasan mencakup keadaan serta keberadaan dari bangunannya pada masa lampau,masa kini dan perkiraan untuk masa yang akan datang.







1.4 Maksud dan tujuan

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).
Menurut Laretna T. Adishakti dalam tulisannya mengatakan bahwa kegiatan konservasi bisa berbentuk preservasi dan pada saat yang sama melakukan pembangunan atau pengembangan, restorasi, replikasi, resontruksi, revitalisasi dan atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu. Untuk melakukkannya perlu upaya lintas sektoral, multidimensi dan disiplin serta berkelanjutan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas. Untuk itu, perlu mekanisme yang jelas. Menurut Laretna bahwa ada aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak fihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi.
Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah. atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah citra suatu kawasan.

Kebijakan pembinaan dan pemeliharaan warisan budaya nasional merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang kebudayaan serta untuk menyelamatkan dan mengembangkan warisan budaya. Salah satu bentuk pelestarian dan pemeliharaan terhadap benda sejarah dan purbakala adalah pemugaran. Untuk mencapai tujuan itu maka dalam pelaksalaannya perlu dilakukan revitalisasi untuk penyelamatan terhadap situs \ benteng \ Mesjid Indra Puri.Replikasi penyelamatan ini dimaksudkan untuk :
Mengetahui latar belakang penggunaan benteng \ mesjid Indra Puri.
menelusuri aspek-aspek arkeologi yang terdapat didalam tanah dalam mengungkap kronologi pengadaan benteng/mesjid dalam kegiatan sosial lainnya berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh.
Menulusuri bagian struktur dari bangunan benteng seperti tangga, pondasi dan lantai dalam usaha mengembalikan pada bentuk atau minimal mendekati bentuk yang sebenarnya.
Hasil yang diperoleh diharapkan dapat melestarikan dan mendayagunakan warisan budaya bangsa untuk sarana pembinaan dan objek studi bagi pengembangan ilmu kepurbakalaan khususnya.
Data-data yang arkeologi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi kerangka penyusunan latar belakang sejarah pada situs ini.

Selain maksud dan tujuan revitalisasi penyelamatan seperti terurai diatas maka dalam penyusunan laporan hasil revitalisasi ini diharapkan dapat memberi informasi yang berkesinambungan tentang data arkeologis yang ada di daerah ini khususnya, serta referensi bagi para pelaksana kegiatan perlindungan dan pembinaan peninggalan bangunan bersejarah yang ada di Banda Aceh ini.





BAB II

OBJEK PENELITIAN

2.1 Lingkup Penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang “Revitalisasi bangunan bersejarah di Banda Aceh “ ini mempunyai batas lingkup penelitian sebagai berikut:
Penelitian dilakukan pada bangunan bersejarah pada Benteng Indrapuri yang terletak di Banda Aceh.

o Aktivitas bangunan (untuk apa bangunan tersebut) dan subsistemnya dan perawatan dan perbaikan bangunan tersebut.
Waktu penelitian adalah bulan februari 2004



2.2 Metode Yang Digunakan.

Menginggat permasalahan tentang revitalisasi bangunan bersejarah di Banda Aceh sangat rumit, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai sumber landasan pelaksanaan penelitian ini yaitu: teknik observasi langsung, teknik observasi tidak langsung.

Teknik Observasi Langsung: yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang terjadi di lokasi penelitian.

Teknik observasi tidak langsung: yaitu pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen-dokumen yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Dilakukan dengan mengumpulkan informasi-informasi tentang kondisi batas wilayah penelitian dan dengan mengumpulkan data dari bahan literatur yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.



2.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian, sehingga mendapat informasi tentang fakta lapangan.

Penulis juga dapat kumpulan data dari bahan literatur-bahan literatur yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2.4 Pengambilan Sampel Di Lapangan / Pendataan

Penelitian ini merupakan peneletian yang bersifat umum dan menggunakan aplikasi dan apresiasi masyarakat dalam penentuan hasil akhir penelitian, sehingga dibutuhkan persepsi dan tanggapan masyarakat yang dipilih oleh peneliti sebagai sample untuk memperoleh informasi tentang penelitian ini.

Peneliti menggunakan metode pengambilan sistem judgemental or porposive sampling yaitu pemilihan sampling atas dasar pemilihan tertentu. Tujuan peneliti menggunakan sistem ini agar tidak terjadi miss communication antara peneliti dengan sampling.

Pada bagian sampel bangunan bersejarah, peneliti mengambil sampel bangunan bersejarah benteng Indrapuri menulusuri bagian struktur dari bangunan benteng seperti tangga, pondasi dan lantai dalam usaha mengembalikan pada bentuk atau minimal mendekati bentuk yang sebenarnya. Sehingga dapat lebih mempermudah bagi penulis untuk mendapatkan data/ informasi tentang judul topik yang diangkat.





BAB III

ANALISA DATA

Setiap wujud bangunan yang berasal dari masa lampau dapat memberikan indikasi tentang priodisasi dan fungsinya melalui pendekatan bentuk (tipologis). Dalam upaya mempertahankan bangunan bersejarah di Banda Aceh ini sangat diperlukan kepedulian Pemerintah Kota Banda Aceh terhadap bangunan bersejarah yang masih ada, di samping kurangnya kesadaran penduduk masyarakat disekitar bangunan akan pentingnya menjaga kelestarian bangunan bersejarah indrapuri tersebut. Selain sebagai upaya preservasi, konsep revitalisasi juga perlu diperhatikan sehingga mengacu pada pemberdayaan ekonomi pengelola maupun masyarakat agar bisa hidup dari tempat yang telah diperbaiki.

3.1 Penggunaan / Pemanfaatan Bangunan

Kurangnya data sejarah yang mengungkapkan keberadaan bekas bangunan Hindu di Indrapuri sebagai benteng pertahanan membuat kita agak sulit untuk menentukan secara pasti mengenai fungsinya sebagai benteng pertahanan. Dan secara tipologis, bangunan ini kurang memperlihatkan bentuk yang mendekati gaya-gaya arsitektur yang banyak mewarnai keadaan suatu benteng pertahanan di Indonesia sebagai mana dengan benteng-benteng pertahanan lain yang terdapat didaerah-daerah - Ujung Pandang yang terkenal dengan Benteng ujung Pandang atau Fort Roterdam,Bengkulu (benteng Marlborough), Maluku (benteng Duustede)dan lain-lain.

Selain itu biasanya sebuah bangunan benteng pertahanan lazim disetiap sudutnya dibangun bastion atau suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengintai dan pada sisi-sisinya terdapat belahan-belahan yang sengaja dibuat untuk meletakkan senjata (misalnya Meriam), serta lantai bagian dalam lebih rendah dari pada dinding.

Secara tipologis dan indikasi-indikasi lain yang kami amati secara langsung pada bangunan dinding tembok ini, memang kurang didapatkan gambaran yang menunjukkan gejala sebagai benteng pertahanan. Tetapi dari hasil kegiatan ekskavasi yang telah dilakukan baik didalam maupun diluar atau sekitar bangunan tersebut telah ditemukan beberapa data yang bersifat artefaktual dalam bentuk fragmentalis. Temuan-temuan yang dimaksudkan adalah fragmen-fragmen keramik asing Cina dan Eropa, fragmen botol tanah liat (Stoneware) serta pecahan-pecahan botol kaca.

3.2 Analisa Penelitian

Analisa Penelitian ini dengan mengamati segi historis dari benteng indrapuri dan melalui:

3.2.1. Wawancara

a. Mantan Kepala Desa Indrapuri, Bapak Marzuki

Menurut beliau Benteng Masjid Indrapuri pada masa lalu merupakan areal pusat kegiatan yang berlatar belakang agama Hindu. Dengan kata lain bahwa dimasa lampau daerah Indrapuri masyarakatnya pernah tersentuh oleh anasir-anasir hindu yang datang dari luar dan buktinya sekarang dapat kita lihat dengan adanya sisa bekas bangunan dinding tembok keliling bujur sangkar yang dibuat berundak serta bentuk oyif dan tumpal yang menonjol.

b. Pelaksana Urusan Umum, Kantor Suaka Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Propinsi D.I Aceh Dan Sumatera Utara di Desa Indrapuri, Bapak Saifullah

Beliau berpendapat bahwa pada masa itu pendudukan kolonial Belanda yang pernah menguasai sebahagian besar daerah Aceh dan sampai pula ke daerah Aceh besar yang menyebabkan masjid Indrapuri diduduki dan dijadikan sebagai markas berhubung masjid ini strategis karena tempat berada pada ketinggian yang memungkinkan untuk mengawasi daerah sekitarnya dari tempat ini. Temuan berupa botol tanah liat atau stoneware baik yang masih utuh maupun bersifat fragmentalis telah ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak, baik dari temuan permukaan maupun temuan dari hasil ekskavasi serta temuan mata uang logam (Golden) cukup memberikan petunjuk bahan masjid Indrapuri pernah dijadikan sebagai markas oleh Kompeni Belanda.

Dari wawancara yang kami lakukan maka kita memiliki gambaran bahwa situs Indrapuri tersebut di masa lalu pernah mengalami pemanfaatan oleh beberapa golongan dengan latar belakang yang berbeda-beda.



BAB IV

PENUTUP



KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengamatan secara langsung terhadap bangunan dinding tembok pada situs IndraPuri dapat memberikan indikasi tentang kegunaan bangunan tersebut,yakni adanya pola penempatan bahan baku yang dipasang tidak teratur dan hanya diberi spesi dari kapur campur tanah liat sebagai perekatnya.Selain itu bentuk bangunan yang dibuat berundak serta pola hias oyif dan tumpul turut memberikan gambaran tentang latar belakang pengadaannya,yakni bahwa bangunan dinding tembok tersebut merupakan bekas bangunan peribadatan umat Hindu atau Candi.

Hiasan dan tumpal merupakan hiasan yang lazim mewarnai suatu bangunan candi sebagai lambang kesuburan,dan bangunan candi dibuat berundak adalah survival kepercayaan dari Meru sebagai tempat bersemayamnya para Dewa sehingga Meru atau gunung merupakan tempat yang dianggap suci yang dilebur dalam bentuk pembuatan candi.

Pada periode selanjutnya,lokasi diatas bekas bangunan hindu tersebut dialih fungsikan dengan mendirikan sebuah Mesjid(mesjid indrapuri) yang sampai sekarang masih berdiri utuh dan tetap difungsikan.

Secara tipelogis,mesjid ini masih mengikuti pola bangunan yang berasal dari tradisi sebelumnya,sebagaimana lazimnya dengan mesjd-mesjid kuno umumnya di Indonesia.




SARAN-SARAN


Dinding tembok bekas bangunan Hindu yang dianggap pernah berfungsi sebagai benteng pertahanan,belum diperoleh suatu bukti arkeologis maupun sejarah.Sehingga masih perlu diadakan penelitian secara menyuluruh baik didalam kompleks bangunan,maupun diluar kompleks bangunan.Untuk mencari data tambahan yang dapat memberikan gambaran terhadap bangunan yang ada secara menyeluruh termasuk keadaan lingkungan sekitar bangunan tersebut pada masa lampau agar dapat dijadikan sebagai pedoman perkontruksiannya dalam pemugaran.

2. Bangunan-bangunan baru yang ada dikompleks benteng/mesjid Indrapuri perlu dipindahkan untuk menjaga keamanan bangunan lama dari gangguan yang dapat mencemari kelestarian dan bentuk aslinya.
Perlu diadakan penataan lingkungan disekitar komplek ini pada masa berakhirnya pemugaran untuk menambah estetika objek bangunan,sehingga studi bangunan benteng/Mesjid Indrapuri dapat dijadikan objek wisata,pendidikan dan objek penelitian.
Karena situs bangunan benteng Mesjid Indrapri adalah monumen yang dilindungi undang-Undang Cagar Budaya adalah dalam pengawasan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi NAD dan Sumatra Utara,maka setiap ada rencana mengadakan revitalisasi dan lain sebagainya dalam bentuk apapun agar sepengetahuan dan seizin kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi NAD.

Tidak ada komentar: